Belum lengkap rasanya ke Solo kalau belum menikmati nasi liwet, masakan khas kota Bengawan ini. Sama seperti Jogja, Solo juga banyak memiliki kuliner klangenan. Menikmati nasi liwet sama dengan mencicip kembali kelezatan kulineri tempo dulu.
Tidak saja rasa dan aroma, tapi cara penyajiannya pun mengingatkan keistimewaan masa lalu Kota Solo. Nasi liwet adalah nasi putih yang ditanak dengan santan, kaldu ayam, lalu diberi sedikit garam agar menjadi gurih dan daun pandan untuk menambah sedap aroma. Sebagai pelengkapnya, sambal goreng labu siam dan daging ayam dimasak ungkep; direbus dengan bumbu, kemudian diangkat dan ditiriskan. Kemudian disajikan dalam sebuah pincuk, wadah yang dibuat dari daun pisang, yang salah satu bagiannya ditekuk dan disemat dengan lidi.
Nasi liwet bisa ditemui di berbagai sudut kota Solo. Namun ada warungnya yang sangat kondang dan melegenda. Yaitu warung Nasi Liwet Bu Wongso Lemu. Dirintis sejak 1951, warung ini menjadi langganan warga. Konon, tak jarang mendiang Pak Harto, mantan presiden RI ke-2, dawuh ajudannya untuk membelikan nasi liwet di warung itu untuknya.
Nasi liwet Wongso Lemu kini dikembangkan oleh keturunannya. Tak kurang lima warung nasi liwet ada di ruas Jalan Teuku Umar, Keprabon, dekat jalan protokol Slamet Riyadi. Warung-warung ini milik klan Wongso Lemu yang sudah melegenda itu.
Sumber: Majalah Kabare, edisi Januari 2011 (Teks: FA Herru, foto: Albert).