Peristiwa gempa dan erupsi gunung api menggambarkan suatu mata rantai yang tidak terputus dari peristiwa geologi masa lalu dan masa yang akan datang. Dengan mengamati langsung di lapangan, maka manusia bisa melihat suatu pesan alam kepada masyarakat sehingga mereka bisa bersikap bijaksana dan memiliki banyak sudut pandang untuk menyikapi ancaman bencana geologi yang sedang terjadi dan akan terjadi pada masa depan.
Menelusuri sisa-sisa letusan gunung puluhan juta tahun lalu bisa menjadi jalan edukasi dan mitigasi bencana. Masyarakat akan belajar melakukan mitigasi dengan melihat proses dan sisa-sisa erupsi gunung api sehingga tidak kaget menghadapinya di masa mendatang.
Fieldtrip Geoheritage Jogja bisa mengambil rute, yakni Lava Bantal Kecamatan Berbah, Sleman, Candi Ijo di Kecamatan Kalasan, Sekar Bolo di Jiwo Barat, Klaten, Watuprahu di Jiwo Timur, Klaten, Jurang Rejo di Tancep, Morfologi Wonosari Sambipitu, Gunung Kidul, Bioturbasi Sambipitu Kali Ngalang, dan Gunung Api Purba Nglanggeran, dan jika memungkinkan hingga Karangsambung, Kebumen.
Liputan ini sangat menarik dan jarang terungkap karena merupakan perjalanan alam untuk menelusuri sejarah Pulau Jawa, memberikan pemahaman tentang proses pembentukan gunung api purba dan sisa-sisa peninggalan gunung api purba yang menarik.
Pemerintah semestinya menangkap peluang potensi gunung api purba untuk kepentingan wisata. Keindahan gunung api purba di sepanjang perjalanan tidak kalah dengan peninggalan sejarah di luar negeri sehingga pemerintah semestinya menangkap peluang untuk mengembangkan sektor pariwisata.
- Lava Bantal, Berbah, Sleman: Situs yang merupakan peninggalan masa-masa awal Kejayaan Gunungapi Purba (volcanic arc). Umurnya lebih dari 30 juta tahun.
- Endapan Abu Vulkanik, Candi Ijo, Prambanan, Sleman: Situs ini berupa singkapan batuan endapan debu/abu gunungapi purba, membentuk morfologi bukit. Bebatuan penyusunnya terdiri dari perlapisan abu gunungapi mengandung fragmen-fragmen batuapung (pumice). Umurnya lebih dari 20 juta tahun.
- Konglomerat, Jiwo Barat, Bayat, Klaten: Di situs ini terdapat bukti batuan Pulau Jawa dalam Masa Sebelum Kejayaan Gunungapi Purba (non-volcanic arc). Pada saat pembentukannya terjadi, belum ada kegiatan volkanisme.
- Watu Prahu – Perbukitan Jiwo Timur, Klaten: Di situs ini terdapat batuan tertua di Pulau Jawa. Batuan metamorf semacam ini hanya tersingkap di tiga tempat di Pulau Jawa, yakni di Ciletuh (Jawa Barat), Karangsambung dan Bayat (kedua-duanya di Jawa Tengah). Umurnya sekitar 100 juta tahun. Tidak jauh dari lokasi batu tertua (basement rock) dijumpai batu gamping Nummulites. Batugamping ini tersusun oleh kumpulan fosil binatang laut jenis foraminifera berbentuk koin. Fauna ini sudah punah dan merupakan fosil penunjuk untuk kala Eosen (sekitar 40 juta tahun lalu).
- Jurang Jero, Perbukitan Tancep, Kecamatan Ngawen, Gunung Kidul: Di lokasi yang terletak di atas perbukitan di Desa Tancep ini, kita bisa melayangkan pandangan ke arah utara menikmati bentang alam, mulai dari bentang alam Gunungapi Merapi, perbukitan Baturagung yang tersusun oleh batuan-batuan old andesite formation (Formasi Semilir dan Formasi Nglanggran).
- Morfologi Wonosari Platform, Desa Nglipar, Gunung Kidul: Situs ini merupakan bukti dari zaman keemasan kehidupan laut seperti terumbu karang, algae, dan biota laut lainnya yang hidup pada masa 16,2 juta tahun silam di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
- Bioturbasi Sambipitu, Kali Ngalang, Gunung Kidul: Di situs ini ditemukan batu gamping klastik, yaitu hasil dari endapan rombakan batuan gamping terumbu atau yang lainnya yang terjadi 16,2 hingga 5,2 juta tahun silam dan masih masuk ke dalam sistem laut terbuka. Pada batuan ini dapat dilihat sisa-sisa aktivitas organisme laut yang hidup di dasar perairan.
- Situs Gunungapi Purba Nglanggran, Gunung Kidul: Situs Gunungapi Purba Nglanggran merupakan jejak-jejak aktivitas volkanisme Pulau Jawa dari masa 36 juta tahun silam.
- Kawasan Karang Sambung, Kebumen.