Menguak Tradisi Batik Gentongan Madura



Sebuah pameran Batik dari Pulau Madura dengan tema, “Menguak Tradisi Batik Gentongan” diselenggarakan di Museum Tekstil Jakarta. Pameran ini merupakan hasil kerja sama Museum Tekstil, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama Dekranasda Provinsi Jawa Timur, Dekranasda Kabupaten Bangkalan dan Bupati Bangkalan.

Batik Madura dapat digolongkan sebagai batik pesisiran, seperti halnya batik Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Lasem dan Tuban. Persamaan yang menjadi ciri khas dari batik pesisiran adalah dalam penggunaan warna yang cerah dan dinamis. Corak ragam hias batik pesisir biasanya diilhami oleh flora, fauna serta lingkungan sekitar.

Pulau Madura dikelilingi laut sehingga sumber laut seperti ikan, kapal / perahu menjadi corak yang khas batik-batik Madura. Pewarnaan yang kontras dan tegas dipengaruhi oleh alam lingkungan dan masyarakat Madura yang dikenal kebraniannya mengarungi laut.

Dalam bukunya Nian Djumena menuliskan ada dua wilayah batik Madura yang secara tradisional mempunyai kemahiran membatik yang diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Yakni, wilayah batik di daerah pantai (seperti Tanjungbumi, Paseseh, Telagabiru) dan wilayah batik di pedalaman (seperti Sampang, Pamekasan, Sumenep).



Dalam hal corak motif setiap daerah pembatikan di wilayah Madura sendiri mempunyai cirri khasnya masing-masing. Corak ragam hias batik dari daerah pedalaman seperti Sampang, Pamekasan dan Sumenep, coraknya banyak dipengaruhi oleh batik tradisional Solo dan Yogyakarta.

Batik Madura seperti halnya batik pesisiran lainnya, mendapat pengaruh dari daerah luar Madura, antara lain dalam ragam hias lar-sayap garuda, ragam hias Sekar Jagad, Pisang Bali, ragam hias buket pengaruh Belanda, ragam hias naga dan burung hong pengaruh dari Cina.

Ciri ragam hias atau motif batik Madura pada umumnya tegas, ekspresif, naturalis, motif yang tampak seperti apa yang dilihat kemudian langsung dituangkan dalam gambar. Ciri khas yang lain dari Batik Madura adalah tidak ada batik cap, mereka membatik langsung dengan menggunakan canting.

Sumber: Majalah Kabare, edisi Januari 2011

My Instagram